Beberapa hari ini saya sedang dalam proses membantu seseorang. Dia adalah salah satu remaja binaan saya, yang ikut kajian saya seminggu sekali. Katakanlah namanya Budi. Sebagai anak yatim, dia tinggal bersama ibunya yang sehari-hari buka warung kecil-kecilan untuk menghidupi ketiga anaknya.
Ibunya Budi--sebut saja namanya Bu Ani--dikaruniai 5 anak. Yang 2 orang sudah hidup terpisah karena telah berkeluarga. Nah, yang 3 lagi (termasuk Budi), masih dalam tanggungan Bu Ani. Penghasilan dari warung belum cukup untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. Walhasil, modal untuk warung lama-lama terkikis, dan akhirnya habis. Kejadian ini berlangsung berulang-ulang. Dan biasanya Bu Ani meminjam uang ke rentenir untuk menambah modal. Pernah juga pinjam ke bank.
Semenjak Budi ikut kajian saya, dia mulai tahu apa itu riba. Maka ketika Budi mendengar bahwa ibunya berencana meminjam uang lagi ke bank, Budi langsung melarang.Namun masalah tak berhenti sampai disitu. Ibunya kemudian bertanya pada si Budi "Kalau Ibu tidak boleh pinjam ke bank, lalu Ibu harus pinjam kemana?"
Ibunya Budi--sebut saja namanya Bu Ani--dikaruniai 5 anak. Yang 2 orang sudah hidup terpisah karena telah berkeluarga. Nah, yang 3 lagi (termasuk Budi), masih dalam tanggungan Bu Ani. Penghasilan dari warung belum cukup untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. Walhasil, modal untuk warung lama-lama terkikis, dan akhirnya habis. Kejadian ini berlangsung berulang-ulang. Dan biasanya Bu Ani meminjam uang ke rentenir untuk menambah modal. Pernah juga pinjam ke bank.
Semenjak Budi ikut kajian saya, dia mulai tahu apa itu riba. Maka ketika Budi mendengar bahwa ibunya berencana meminjam uang lagi ke bank, Budi langsung melarang.Namun masalah tak berhenti sampai disitu. Ibunya kemudian bertanya pada si Budi "Kalau Ibu tidak boleh pinjam ke bank, lalu Ibu harus pinjam kemana?"