Pulau Pahawang, Sekeping Surga di Tanah Lampung

Pada 25-27 Desember 2014 yang lalu, saya dan istri berkesempatan mengikuti touring CSI (Chevy Spin Indonesia, sebuah komunitas pemilik mobil Chevrolet Spin) ke Lampung. Anggota CSI nya sih kakak saya. Saya diajak dan tinggal duduk manis he..he..he... Satu mobil cukup penuh, karena diisi kami 3 bersaudara plus pasangan masing-masing dan anak masing-masing pula.



Sungguh 3 hari yang luar biasa. Seumur hidup baru 2 kali ini saya menginjakkan kaki di luar Pulau Jawa. Yang pertama adalah di Pulau Madura waktu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Yang kedua ya ke Lampung ini. Jadi ketahuan deh saya jarang travelling.

Perjalanan diawali dari rumah Kakak saya di daerah Sunter, Jakarta Utara. Di Rest Area KM 13,5 bergabunglah seorang teman kakak saya. Sehingga ada 2 mobil Spin sekarang, melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Merak.

Tiba di Pelabuhan Merak, antrian cukup panjang. Maklum ini kan musim liburan. Kami mengantri kira-kira  1,5 jam. setelah cukup lelah mengantri, tibalah giliran kami. Alhamdulillah kami kebagian kapal Ferry yang cukup bagus, bernama (kalau tidak salah) Port Link 13.

Mobil yang kami tumpangi disimpan di lantai 2. Lantai 1 untuk mobil angkutan (bis, truk), dan lantai 3 untuk penumpang. Setelah menmarkirkan mobil, kami naik ke lantai 3. Disana ada kafetaria yang cukup nyaman dan ber-AC. Namun karena perjalanan di Ferry ini memakan waktu hingga 2 jam, maka kakak saya memutuskan mencari tempat istirahat. Didapatlah kamar VIP dengan tarif 250 ribu. Tapi sayang, kamarnya panas karena AC nya kurang dingin.

Suasana di Kapal Ferry

Setibanya di Pelabuhan Bakauheni, kami pun turun dari kapal. Waktu sudah menunjukkan jam 17.00. Di pom bensin dekat Pelabuhan Bakauheni, kami dijemput oleh Om Fahri, salah satu pentolan CSI Lampung. Perjalanan pun dilanjutkan ke Bandar Lampung.

Uniknya, di perjalanan dari Bakauheni ke Bandar Lampung kami dihadang banjir!!! Sempat deg-degan juga takut mobilnya mogok. Alhamdulillah kami bisa melewati banjir itu dan tiba di Bandar Lampung dengan selamat.

Tiba di Hotel Grande jam 22.00, kami pun langsung istirahat. Persiapan untuk kegiatan besok.

Pagi pun tiba. Agenda kami pagi itu adalah ke Pantai Klara, lalu menyeberang ke Pulau Pahawang. Dari pusat kota ke Pantai Klara menempuh waktu sekitar 45 menit.




Pantai klara dikelola oleh TNI AL. Terletak di Padang Cermin, Bandar Lampung. Jenis pantai nya adalah pantai tanpa ombak. Sehingga para wisatawan bisa berenang. Namun jangan terlalu jauh ke tengah. Karena ada semacam jurang yang dalamnya 15 meter.

Rombongan touring CSI tidak berenang di Pantai Klara. Namun langsung memesan perahu untuk menuju Pulau Pahawang. Tarif per perahu 500 ribu, muat sekitar 15 orang. Dari pantai Klara ke Pulau Pahawang menempuh waktu sekitar 1 jam.
Naik perahu menuju Pulau Pahawang


Setiba di Pulau Pahawang, mata kami dimanjakan oleh hamparan pasir putih nan indah. Air nya jernih, sehingga sangat cocok untuk snorkeling. Memang di Pantai Klara ada penyewaan alat-alat snorkeling, tarifnya 50 ribu.

Subhanallah, Pulau Pahawang adalah sekeping surga yang Allah turunkan di bumi Lampung.

Pulau Pahawang, sekeping surga di bumi Lampung

Namun ada hal yang mengejutkan. Ketika kami berjalan agak masuk ke Pulau Pahawang, ada papan nama yang bertuliskan "Pulau Pribadi, dilarang masuk".
Papan larangan masuk di Pulau Pahawang
Karena penasaran, saya pun bertanya ke nakhoda perahu yang saya tumpangi. Ketika saya tanya kenapa ada larangan masuk, sang nakhoda menjawab bahwa Pulau Pahawang sudah disewa (atau dibeli) oleh orang Korea. Lalu saya tanya lagi, kok kami bisa berkunjung ke Pulau Pahawang? sang nakhoda berkata, "ya boleh, kan ada izin dari pengelola. Yang penting ketika orang Korea itu datang, Pulau ini bersih dan tidak boleh ada pengunjung.

Saya berfikir, kenapa aset negeri ini malah jatuh ke tangan asing. Semoga Pulau Pahawang itu "hanya" disewa, bukan dibeli. Sehingga suatu saat bisa diambil lagi. Semoga.